BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah Pola pembangunan bangsa
Indonesia saat ini memerlukan penanganan yang serius terutama bidang politik,
ekonomi, kesejahteraan dan pendidikan. Di tengah memburuknya situasi politik
yang semakin tidak menentu, ekonomi pun ikut terpuruk sehingga mengakibatkan
kesejahteraan masyarakat menurun. Bahkan bidang pendidikan lebih parah lagi.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara umum jauh dari yang
diharapkan.
Pembangunan yang seharusnya
dilakukan pembangunan yang terpusat pada manusia dan masyarakat Indonesia
dengan sasaran utama pada peningkatan SDM sehingga mampu berperan serta secara
aktif dalam pembangunan, mandiri dan mampu meningkatkan efisiensi dan
produktivitas nasional dalam menghadapi dan mengatasi tantangan serta
permasalahan yang muncul dari dalam dan luar negeri.
Tempat yang terbaik untuk membangun
bangsa sendiri adalah masyarakat bukan menggantungkan diri kepada pemerintah.
Tugas pemerintah adalah bagaimana membina masyarakat berperan aktif dalam
pembangunan. Bentuk pembinaan tersebut dapat ditempuh dengan jalur pendidikan
karena walau bagaimanapun pendidikan tetap merupakan modal dasar keberhasilan
suatu bangsa dalam pembangunan. Namun, di tengah memburuknya kualitas sumber
daya manusia di Indonesia, timbul pula beberapa faktor yang menghambat dalam
proses pendidikan yaitu kemiskinan dan pengangguran.
Pengangguran nampaknya menjadi
ancaman yang serius bagi pola pembangunan Indonesia. Pengangguran ini dapat
mengakibatkan terputusnya pendidikan dan kemiskinan yang semakin meningkat.
Dengan semakin merebaknya budaya penganggur maka secara langsung akan dirasakan
akibatnya dapa masalah sosial di masyarakat. Pengangguran adalah masalah sosial
yang mendasar. Apalagi krisis ekonomi yang berkepanjangan ini telah membuat
pengangguran semakin merebak.
Berdasarkan masalah di atas penulis
mencoba untuk mengkajinya dengan judul Makalah: “Kependudukan dan
Ketenagakerjaan “
B.
Rumusan Masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
Ø Apa yang melatarbelakangi timbulnya
pengangguran
Ø Bagaimana dampak yang ditimbulkan
akibat pengangguran
Ø Bagaimana hambatan dan solusi untuk
menanggulangi masalah pengangguran di
Ø Bagaimana laju pertumbuhan penduduk
Ø Bagaimana karateristik kependudukan
Ø Bagaimana pandangan umum tentang ketenagakerjaan
Ø Bagaimanakah pekerjaan dan tingkat upah yang berlaku
Ø Bagaimana campur tangan pemerintah tentang kependudukan
dan tenagakerjaaan
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Ø Untuk mengetahui jumlah, kepadatan, dan laju pertumbuhan
penduduk.
Ø Untuk mengetahui karakteristik kependudukan
Ø Untuk mengetahui ketenaga kerjaan
Ø Untuk mengetahui angkatan kerja dan
tingkat upah
Ø Untuk mengetahui kebijaksanaan kependudukann dan
ketenagakerjaan.
D. Pendekatan dan Metode Pemecahan
Masalah
Pendekatan
yang digunakan dalam memecahkan masalah yang sedang diteliti yaitu pendekatan
multi aspek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yang menghasilkan data deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Bodan dan
Taylor (dalam Moleong, 1996:3), ialah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.
Penelitian
kualitatif dengan metode deskriptif dimaksudkan untuk mengungkapkan dan
memahami kenyataan yang terjadi di lapangan bagaimana adanya. Melalui
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif akan lebih luas dan mendalam
mengungkapkan masalah. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi langsung, wawancara, angket, analisis data dan studi literatur yang
disesuaikan dengan masalah yang sedang diteliti.
BAB II
PENDUDUK DAN TENAGA KERJA
A. Pengertian penduduk
Dalam arti luas, penduduk atau
populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat
tertentu. Bahkan populasi dapat pula dikenakan pada benda-benda sejenis yang
terdapat pada suatu tempat. Dalam kaitannya dengan manusia, maka pengertian
penduduk adalah manusia yang mendiami dunia atau bagian-bagiannya.
Data
kependudukan yang disajikan dalam publikasi ini berasal dari Registrasi
Penduduk, Survei Sosial Ekonomi Nasional, Survei angkatan kerja nasional dan
estimasi penduduk. Pada Susenas Tahun 2008 tercatat jumlah penduduk Kota
Sukabumi sebanyak 322.547 jiwa, terdiri dari 165.076 penduduk laki-laki dan
157.471 perempuan. Pada akhir tahun 2008 berdasarkan hasil registrasi penduduk
jumlah penduduk Kota Sukabumi tercatat sebanyak 281.030 jiwa yang terdiri dari
142.135 penduduk laki-laki (50,61%) dan 138.895 penduduk perempuan (49,39%).
Berdasarkan data tersebut maka sex ratio (perbandingan penduduk laki-laki
dengan perempuan) Kota Sukabumi sebesar 102,33%. Sedangkan penduduk WNA di Kota
Sukabumi tercatat sebanyak 138 jiwa, terdiri dari 50 laki-laki dan 88
perempuan.
Berdasarkan
registrasi penduduk setiap kecamatan, diketahui bahwa Kecamatan Cikole memiliki
jumlah penduduk paling banyak (55.094 jiwa), sedangkan Kecamatan Baros
merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya (28.864 jiwa). Jika dilihat
dari jumlah penduduk relatif terhadap luas area atau biasa disebut kepadatan
penduduk, ternyata Kecamatan Citamiang merupakan wilayah yang paling padat
penduduknya yaitu sekitar 11.319,06 jiwa/ km2, sedangkan Kecamatan Cibeureum
merupakan wilayah yang jarang yaitu sekitar 3.420,98 jiwa/km2. Penduduk Kota
Sukabumi menurut mata pencaharian (selain yang masih sekolah dan lainnya)
diketahui bahwa penduduk yang bekerja sebagai buruh merupakan yang paling
banyak jumlahnya yaitu sekitar 38.920 orang. Di urutan kedua adalah penduduk
yang bekerja sebagai pedagang, yaitu sebanyak 26.440 orang. Sedangkan yang
paling sedikit jumlahnya adalah penduduk yang bekerja sebagai TNI dan POLRI
yakni hanya 1.619 orang.
1. Teori
penduduk modern
Pandangan-pandangan tentang Teori
penduduk modern, diantaranya:
Ø Pandangan Merkantilisme, jumlah
penduduk yang banyak sebagai elemen yang penting dalam kekuatan negara yaiti
merupakan faktor yang penting di dalam kekuatan negara dan memegang peranan
dalam meningkatkan pengahasilan dan kekayaan negara.
Ø Pandangan Kaum Fisiokrat, kesempatan
untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian dalam rangka menunjang pertambahan
penduduk.
Ø Pandangan Cantilion (Merkantilisme),
tanah merupakan faktor utama yang dapat menentukan tinggi rendahnya
kesejahteraan, selain itu, dinyatakan pula bahwa jumlah penduduk akan terbatas
karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat diproduksi oleh
tanah.
Ø Pandangan Quesnay (Fisiokrat), suatu
negara hendaknya mempunyai penduduk yang cukup banyak, tetapi dengan sayarat agar
mereka dapat mencapai taraf hidup yang layak.
Pertumbunhan
penduduk (populatin growth) di suatu negara adalah peristiwa berubahnya jumlah
penduduk yang disebabkan oleh adanya pertambahan alami dengan migrasi neto.
Pertambahan alami (natural increase) adalah pertambahan penduduk yang diperoleh
dari selisih antara jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Migrasi neto (nett
migration) adalah pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara
jumlah imigran dan jumlah emigran.
2. Factor mendorong terjadinya problem
kependudukan
Beberapa
faktor yang mendorong terjadinya problem kependudukan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif, antara lain:
Ø Kemajuan IPTEK.
Ø Dorongan atau hasrat naluri manusia
yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik dari sebelumnya di dalam
kehidupannya baik material maupun intelektual.
Ø Keterbatasan kemampuan dukungan alam
dan SDA serta dukungan lainnya yang diperlukan.
3. masalah kependudukan yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif.
Masalah kepenududukan yang bersifat
kuantitatif diantaranya:
Ø Jumlah dan pertumbuhan penduduk yang
tinggi.
Ø Penyebaran penduduk yang tidak
merata.
Ø Komposisi penduduk yang tidak
merata.
Ø Masalah kependudukan yang bersifat
kualitatif diantaranya:
Ø Kebutuhan akan pangan
Ø Pendidikan penduduk
Ø Pelayanan kesehatan
Ø Perumahan
Ø Pendapatan per-kapita
Ø Kelestarian lingkungan
4. Laju Pertumbuhan Penduduk
Hasil proyeksi
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun
mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi
273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel 2.1). Walaupun demikian, pertumbuhan
rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan
kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia
bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode
2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per
tahun.
Turunnya laju
pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun
penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude
Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal
proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude
Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang
sama.
Salah satu ciri
penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak
merata. Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di
Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total
wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia
yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun
2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase penduduk
yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari
20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5 persen menjadi
6,5 persen pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di
pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor
arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan
distribusi penduduk.
Jumlah penduduk di
setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang
sangat beragam pula. Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode
1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada
yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan).
Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam
minimal sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi
Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi yang laju pertumbuhannya naik
pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode sebelumnya adalah
Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara.
memperlihatkan dua
provinsi dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk minus yaitu, Nanggroe Aceh
Darussalam dan DKI Jakarta. Kondisi ini kemungkinan akibat dari asumsi migrasi
yang digunakan, yaitu pola migrasi menurut umur selama periode proyeksi
dianggap sama dengan pola migrasi periode 1995-2000, terutama untuk provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Pola migrasi
provinsi ini pada periode 1995-2000 adalah minus di atas 10 persen, jauh lebih
tinggi dari provinsi-provinsi pengirim migran lainnya.
5. Karakteristik Kependudukan Indonesia
Struktur umur penduduk
Indonesia masih tergolong muda, walaupun dari hasil
sensus dan survei-survei yang lalu proporsi penduduk muda tersebut menunjukkan
kecenderungan makin menurun. Susunan umur penduduk hasil proyeksi yang
disajikan pada Tabel 2.3 sampai dengan Tabel 2.5 juga menunjukkan pola yang
sama. Asumsi tentang penurunan tingkat kelahiran dan kematian
Indonesia seperti diuraikan di atas sangat mempengaruhi susunan umur
penduduk. Proporsi anak-anak berumur 0-14 tahun turun dari 30,7 persen
pada tahun 2000 menjadi 22,8 persen pada tahun 2025 (Tabel 2.3).
Dalam kurun yang sama mereka
yang dalam usia kerja, 15-64 tahun meningkat dari 64,6 persen menjadi 68,7
persen (Tabel 2.4) dan mereka yang berusia 65 tahun ke atas naik dari 4,7
persen menjadi 8,5 persen (Tabel 2.5). Perubahan susunan ini mengakibatkan
beban ketergantungan (dependency ratio) turun dari 54,70 persen pada
tahun 2000 menjadi 45,50 persen pada tahun 2025. Menurunnya rasio beban
ketergantungan menunjukkan berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur
produktif (usia kerja) yang menanggung penduduk pada umur tidak produktif.
B.
Pengertian Tenaga kerja
merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun unTeks miringtuk
masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut
telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur
15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut
sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja
ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20
tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan
sudah termasuk tenaga kerja.
Untuk
keperluan analisis ketenagakerjaan, secara garis besar penduduk suatu negara
dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Tenaga Kerja adalah setiap orang
laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik
di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat
Masalah
kontemporer ketenagakerjaan Indonesia saat ini menurut analisis kami berangkat
dari 4 (empat) soal besar, yaitu:
Ø tingginya jumlah penggangguran massal
Ø rendahnya tingkat pendidikan buruh
Ø minimnya perlindungan hukum
Ø upah kurang layak.
Ketenagakerjaan
merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup
dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karenanya, setiap upaya pembangunan selalu
diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan
penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan..
Berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Kantor Sosial dan Tenaga Kerja Kota Sukabumi tercatat bahwa
jumlah pencari kerja yang terdaftar mencapai 6.048 orang, yang terdiri dari
2.963 pencari kerja lakilaki dan 3.085 perempuan. Sedangkan pencari kerja yang
berhasil ditempatkan sebanyak 1.289 orang.
Sementara itu
berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2008 diketahui
bahwa penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja tercatat sekitar 46,80%,
sedangkan yang mencari kerja sekitar 8,27% dengan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) sebesar 55,07% dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar
15,02%.
Persentase penduduk
menurut lapangan usaha tercatat bahwa penduduk yang bekerja disektor
perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan pertama yaitu sekitar 39,87%,
disusul kemudian yang bekerja disektor lainnya (angkutan, komunikasi, keuangan,
dll) yaitu sekitar 22,81% dan jasa kemasyarakatan sebesar 19,57%.
Dari jumlah penduduk
yang bekerja dilihat dari status pekerjaan utamanya, sebesar 40,70% diantaranya
buruh/karyawan, 28,72% berstatus berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain,
11,30% berusaha dengan dibantu anggota rumahtangga/buruh tidak tetap, 8,39%
pekerja bebas di non pertanian dan 4,52% sebagai pekerja keluarga.
1.
Klasifikasi Tenaga Kerja
Ø
Berdasarkan penduduknya
·
Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap
dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja
yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
·
Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak
mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar
usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun.
Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan
anak-anak.
Ø
Berdasarkan batas kerja
·
Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang
berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak
bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.
·
Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun
ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya.
Contoh kelompok ini adalah:
ü
para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan
ü
para pengangguran sukarela
Ø
Berdasarkan kualitasnya
·
Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki
suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau
pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan
lain-lain.
·
Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki
keahlian dalam bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja
terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
Ø Tenaga kerja tidak terdidik
Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya
mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga,
dan sebagainya.
2.
Masalah Ketenagakerjaan
Berikut ini beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia.
Ø Rendahnya
kualitas tenaga kerja
Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan
denganmelihat tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja
di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga
kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas hasil
produksi barang dan jasa.
Ø Jumlah angkatan
kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi
oleh perluasan lapangan kerja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian.
Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja akan menyebabkan
pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan
kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.
Ø Persebaran
tenaga kerja yang tidak merata
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di
daerah lain masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan,
dan kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran,
sementara di daerah lain masih banyak sumber daya alam yang belum
dikelola secara maksimal.
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak
mengakibatkan industri di Indonesia mengalami gulung tikar. Akibatnya, banyak
pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain itu, banyaknya perusahaan yang
gulung tikar mengakibatkan semakin sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi
lain jumlah angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian pengangguran akan
semakin banyak
3. Konsep dan Definisi
Tenaga kerja dipilah pula
kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang
termasuk angkatan kerja ialah adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang
selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi
sementara tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.
Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja
yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mencari kerja
Angkatan kerja itu sendiri
dibedakan menjadi dua yaitu pekerja dan pengangur. Yang dimaksud dengan pekerja
adalah adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha
dengan menerima upah (www.tempointeraktif.com). Pengangguran merupakan usaha
mendapatkan pekerjaan yang tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu yang lalu
saja, tetapi bisa dilakukan beberapa waktu sebelumnya asalkan masih dalam
status menunggu jawaban lamaran, dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan.
Penganguran semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka.
Berikut ini adalah macam jenis
& macam pengangguran yang lain:
Ø Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran
friksional adalah pengangguran yang sifatnya
sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi
geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
Ø Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur
yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah
akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas
yang lebih baik dari sebelumnya.
Ø Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena
adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus
nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren
yang menanti musim durian.
Ø Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur
akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih
rendah daripada penawaran kerja.
4.
Angkatan Kerja
Indonesia
Berdasarkan data
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2004 dan Februari 2005 Jumlah
angkatan kerja pada bulan Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang, bertambah
1,8 juta orang dibandingkan bulan Agustus 2004 yang besarnya 104,0 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja dalam 6 bulan yang sama hanya bertambah 1,2 juta
orang, dari 93,7 juta menjadi 94,9 juta orang, yang berarti menambah jumlah
penganggur baru sebesar 600 ribu orang.
Dengan demikian,
tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada bulan Februari 2005 mencapai 10,3
persen, lebih tinggi sedikit dibanding TPT pada bulan Agustus 2004 yang
besarnya 9,9 persen. Jumlah penduduk yang bekerja tidak penuh (underemployment)
pada bulan Februari 2005 mencapai 29,6 juta orang atau 31,2 persen dari seluruh
penduduk yang bekerja, angka ini lebih tinggi dari keadaan Agustus 2004 sebesar
29,8 persen.
Jumlah pekerja
informal pada Februari 2005 mencapai 60,6 juta orang atau 63,9 persen dari
seluruh penduduk yang bekerja, angka ini lebih tinggi dari keadaan Agustus 2004
sebesar 63,2 persen.
5. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja
Tenaga kerja adalah modal bagi
geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus
mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada
kondisi Pebruari 2005, di Indonesia terdapat 155,5 juta penduduk usia kerja,
sekitar 60,61 persen dari mereka berada di Pulau Jawa. Bagian dari tenaga kerja
yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK), merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan
kerja untuk setiap 100 angkatan kerja.
TPAK Indonesia pada
Pebruari 2005 sebesar 68,02 persen, berarti telah mengalami kenaikan sebesar
0,48 persen dibandingkan dengan kondisi Agustus 2004 yang besarnya 67,54
persen. Kenaikan TPAK ini antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi
nasional yang belum setabil, sehingga memberikan pengaruh terhadap
faktor-faktor produksi di Indonesia.
Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan membeirikan
dampak terhadap tinggi rendahnya faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja.
TPAK antar propinsi
mempunyai variasi yang cukup besar. Pada Februari 2005, provinsi Maluku
mempunyai TPAK terendah 59,22 persen dan tertinggi Nusa Tenggara Timur 79,45
persen. Sejalan dengan angka tersebut, Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT)
antar provinsi juga bervariasi cukup besar, dengan provinsi DKI dan Jawa Barat
memiliki persentase tertinggi sebesar 14,73 persen dan terendah di provinsi
Bali sebesar 4,03 persen.
Selama bulan
Agustus 2004 sampai dengan Februari 2005 terdapat beberapa provinsi yang
mengalami peningkatan TPAK yang sangat besar, antara lain terdapat tiga
provinsi masing-masing sebagai berikut : NAD (Nanggru Aceh Darussalam) 6,18
persen, Kalimantan Timur 3,72 persen, dan Sumatera Utara 3,38 persen. Khusus
provinsi NAD, peningkatan TPAK yang besar diikuti oleh TPT yang besar pula, yaitu
dengan peningkatan TPT sebesar 3,15 persen. Sementara itu propinsi lain yang
mengalami peningkatan TPT yang cukup nyata adalah Sulawesi Utara 3,49 persen,
Jambi 2,55 persen, Sulawesi Tengah 1,78 persen, dan NTB (Nusa Tenggara Barat)
1,45 persen.
Menurut golongan
umur terlihat bahwa TPAK terendah pada kelompok umur 15-19 tahun, yaitu 38,79
dan meningkat seiring bertambahnya umur. Sedangkan TPAK tertinggi pada kelompok
umur 45-59 tahun sebesar 80,88.
Selanjutnya pada kelompok umur yang lebih tua, TPAK akan
berangsur-angsur mengalami sedikit penurunan. Pada kelompok lansia (umur 60 +).
TPAK turun tajam menjadi hampir 52,20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dari
100 orang lansia, yang aktif dalam
kegiatan ekonomi sekitar 50 orang.
BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa,
menjadikan negara ini negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia. Pulau Jawa merupakan salah satu daerah terpadat di dunia, dengan
lebih dari 107 juta jiwa tinggal di daerah dengan luas sebesar New York.
Pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama
periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade
1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun,
kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen
dan 0,92 persen per tahun
Struktur umur penduduk Indonesia masih tergolong muda,
walaupun dari hasil sensus dan survei-survei yang lalu proporsi penduduk
muda tersebut menunjukkan kecenderungan makin menurun. Susunan umur
penduduk hasil proyeksi yang disajikan pada Tabel 2.4. sampai dengan Tabel 2.6
juga menunjukkan pola yang sama. Asumsi tentang penurunan tingkat
kelahiran dan kematian Indonesia seperti diuraikan di atas sangat mempengaruhi
susunan umur penduduk. Proporsi anak-anak berumur 0-14 tahun turun dari
30,7 persen pada tahun 2000 menjadi 22,8 persen pada tahun 2025 (Tabel 2.5).
Dalam kurun yang sama mereka yang dalam usia kerja, 15-64
tahun meningkat dari 64,6 persen menjadi 68,7 persen (Tabel 3.5) dan mereka
yang berusia 65 tahun ke atas naik dari 4,7 persen menjadi 8,5 persen
(Tabel 3.6). Perubahan susunan ini mengakibatkan beban ketergantungan (dependency
ratio) turun dari 54,70 persen pada tahun 2000 menjadi 45,50 persen pada
tahun 2025. Menurunnya rasio beban ketergantungan menunjukkan
berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang
menanggung penduduk pada umur tidak produktif.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Irawan,
1996. Ekonomi pembangunan. Dasar,
Penduduk dan tenaga kerja.
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
www.
Google.com. materi penduduk dan tenaga kerja
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………… i
DAFTAR ISI
……………………………………………………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2
C. Tujuam Penulis Makalah ………………………………. 2
D. Pendekatan dan Metode Pemecahan
Masalah …………. 2
BAB II
PENDUDUK DAN TENAGA KERJA ……………………. 4
A. PENGERTIAN PENDUDUK …………………………. 4
1. Teori Penduduk Modern …………………………… 5
2. Factor Terjadinya kependudukan …………………... 6
3. Masalah kependudukan …………………………….. 6
4. Laju pertumbuhan penduduk ………………………. 6
5. Karakteristik Penduduk di Indonesia ………………. 8
B. PENGERTIAN TENAGA KERJA …………………….. 9
1. Klasifikasi Tenaga Kerja …………………………… 10
2. Masalah Ketenagakerjaan
…………………………... 12
3. Konsep Dan Definisi ………………………………... 13
4. Angkatan Kerja Indonesia
…………………………... 14
5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
………………… 15
BAB III
KESIMPUDAN ……………………………………………. 17
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………… 18
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb
Dengan
memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa dan dengan Rahmat
dan karunianya, tugas Makalah Ekonomi Pembangunan dalam judul “penduduk dan
tenaga kerja” ini dapat diselesaikan.
Akhirnya
pada kesempatan ini, Kami kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua teman
yang telah mendukung dan membantu menyelesaikan Makalah ini.t
Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sesuai dengan tujuannya serta teriring Do’a
Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi kita semua
Wassalamu alaikum Wr. Wb
Tim Penyusun
Kelompok 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar